MITA/CARI
Kamis, 06 Mei 2010
KEJANGGALAN WTC
Kejanggalan Seputar Tragedi WTC
Sampai saat ini, apa yang sesungguhnya terjadi pada peristiwa serangan WTC masih misteri. Banyak pertanyaan belum terjawab. Empat pesawat komersial dilaporkan terbajak, tak pernah sampai tujuan. Tiga di antaranya menabrak gedung (WTC dan Pentagon). Satu lainnya jatuh di
Pennsylvania.
Tak seorang pun tahu apa yang terjadi sesungguhnya karena delapan flight data recorder (dua pada setiap pesawat) yang mestinya indestructible (tak dapat rusak) dilaporkan rusak dan sulit direstorasi. Termasuk satu kotak hitam yang ditemukan di Pennsylvania.
Itu menimbulkan pertanyaan besar, mengapa perangkat yang didesain tak rusak justru bisa rusak tanpa penjelasan. Semuanya pula --temasuk yang jatuh dan tak menimbulkan ledakan. Padahal, sekalipun pesawat meledak, kotak perekam data penerbangan itu dirancang tahan sampai dua kali
panas maksimum yang bisa dihasilkan oleh api bahan bakar jet.
Memang ada temuan yang diklaim sebagai fakta penyelidikan. Beberapa saat setelah ledakan, FBI mengaku telah mendapatkan paspor milik dua tersangka. Kedua paspor itu konon ditemukan dalam keadaan mulus dan utuh. Satu ditemukan di sekitar reruntuhan gedung Pentagon. Sementara paspor yang satunya lagi justru ditemukan terselip pada kawasan yang berlokasi cukup jauh. Sekitar tiga blok dari situs WTC.
"Saya dapat memberi sejumlah uang pada siapa saja yang bisa menunjukkan bagaimana cara meluncurkan satu paspor pada jarak tiga blok kota," kata Lawrence Stephen Maxwell dalam Whatreallyhappened (Oktober 2001).
Fakta, tepatnya klaim, lain menyebut ada tujuh percakapan ponsel sempat terkirim dari para penumpang pesawat. Tak seorang pun penelpon melukiskan ciri dan karakteristik pembajak apakah mereka itu orang Arab Saudi, Iran, Irak, Afghan, Pakistan atau dari negara Muslim lain di
Timur Tengah.
Barbara Olson --penulis, pengarang, wartawan investigatif, komentator ternama, dan istri dari Jaksa Agung Muda AS (Mr Olson adalah penasihat hukum George W Bush dalam menangani masalah gugatan pemilu Bush vs Gore)-- juga tidak melukiskan pembajak sebagai orang Timur Tengah.
Sebagai penulis dan wartawan investigatif, Barbara tentu sudah terlatih untuk mengamati dan merekam secara mendalam dan terinci apa yang dilihat dan disaksikannya. Tetapi, anehnya, tak ada laporan yang menyebut bahwa dia telah mendeskripsikan wajah-wajah dari 18 orang --15
di antaranya berdarah Arab Saudi-- yang dituduh sebagai para pembajak. Apakah kita percaya dia tidak mengungkapkan. Atau dia sebenarnya melukiskan, tetapi sengaja tidak dilaporkan? Boleh jadi, deskripsi profil para tersangka sengaja tidak disampaikan ke publik karena deskripsinya tidak cocok dengan kerangka dan perpektif yang harus diterima publik.
Lalu bagaimana pula dengan penyebutan nama Adnan Bukhari dan Amir Bukhari sebagai pilot pembajak yang kemudian diralat CNN esoknya? Adnan ternyata masih hidup, ia warga Florida dan bukan pilot. Sedangkan Amir, adiknya, sudah meninggal dua tahun lalu dalam kecelakaan pesawat. Pilot Al-Owali dan Al-Ghamdi, yang namanya masih masuk daftar 18 tersangka, ternyata hingga kini masih hidup. Mereka masing-masing bekerja di Saudi Airways dan Tunis Airlines.
Sulit bagi kita untuk percaya Jaksa Agung Muda Olson --ketika menerima telepon istrinya-- lupa memintanya melukiskan pelaku kriminal. Lawrence Stephen Maxwell menduga deskripsi wajah pembajak hanyalah fakta yang tak signifikan menunjang dalih-dalih persangkaan, hingga keterangan itu kalau pun ada, dinilai tak bermakna dan karenanya tak dikembangkan lebih lanjut.
Informasi awal dari beberapa percakapan telepon juga sempat mengabarkan bahwa delapan tersangka Timur Tengah (dituding berperan sebagai pilot, awak, dan penumpang biasa) menggunakan pisau box-cutter dan kotak merah sebagai alat pengancam. Pertanyaannya, apa mungkin pilot profesional merasa dan bisa terancam dengan satu box-cutter? Lagipula, apa mungkin pembajakan dilakukan oleh kelompok di mana pembajaknya juga membawa pilot sendiri? Dan itu terjadi empat kali dalam sehari?
Kalau pun itu terjadi, apa mungkin pembajak begitu ceroboh sampai-sampai ia sengaja membawa lisensi penerbang dengan identitas yang amat gamblang. Kemudian begitu mudahnya dia meninggalkan jejak identitas calling card saat beroperasi. Apakah mereka sengaja meninggalkan identitas diri hingga begitu teror terjadi kemudian orang akan langsung mengenal pelakunya.
Satu pertanyaan besar dari aksi 11 September adalah lumpuh atau tidak berfungsinya semua sistem pertahanan dan radar penerbangan. Bagaimana mungkin ada empat pesawat yang memiliki lintasan terbang terkomputerisasi dapat berkeliaran terbang lebih dari satu setengah jam tanpa alarm di semua tempat? Ketika posisi dan ketinggin melewati fase visible radar, mengapa tak seorang petugas lalu lintas udara pun bisa mendeteksi bahwa pesawat telah keluar jalur dari yang semestinya?
Dalam perjalanan menuju sasaran, mengapa hilangnya pesawat tidak menyebabkan alarm? Mengapa lebih dari satu jam setelah WTC dihantam, sistem pertahanan otomatis tak aktif dan pesawat-pesawat tempur yang biasanya siaga, diam seribu basa? Apakah sistem AU tidur pada 11
September pukul 7.45 pagi, ketika pesawat dibajak dan menyimpang dari lintasan terbangnya?
Apakah dapat dipercaya ketika satu transponder penerbangan mati tak ada satu pun yang curiga bahwa pesawat tidak lagi terlacak ketinggiannya. Dan ini terjadi pada empat pesawat secara simultan pada kawasan regional yang sama. Mengapa tak seorang pun di lembaga berwenang, termasuk Dephan di Pentagon, terjaga?
"Saya percaya tak seorang pun punya gelagat dan firasat apa-apa selama satu setengan jam, dari serangan pertama hingga asap muncul dari satu menara WTC," kata Lawreence. Dia mengaku amat heran, mengapa ketika pesawat pertama menghantam menara, tak seorang pun segera tahu bahwa tiga pesawat lain missing. "Sungguh aneh informasi sepenting itu tidak muncul dalam waktu sekian lama. Ini sulit dipahami oleh pilot amatir sekalipun."
Soal penyebab runtuhnya World Trade Center juga menyimpan teka-teki besar. Ada informasi bahwa gedung 110 lantai tidak kolaps karena tumbukan satu atau dua pesawat. Pesawat kedua bahkan hampir missed, praktis hanya menyentuh sudut gedung dan sulit dipercaya bila itu sebagai pemicu luluh lantaknya gedung.
Ada kesaksian bahwa banyak bahan bakar tumpah dan terbakar dalam sebuah ledakan luar. Itu dipercaya sebagai sumber kolaps pertama dan terjadi cukup lama sebelum menara itu dihantam pesawat kedua. Sebelum gedung runtuh terdengar banyak ledakan bom. Bahan bakar itu relatif cepat membakar meja, kertas, plastik, dan karpet. Secara teoretis api pembakaran tidak sampai membangkitkan 2.000 derajat celcius, atau sekitar 1.000-an derajat hingga masih toleran dengan enam kolom baja di pusat gedung yang dirancang khusus agar gedung tahan tumbukan pesawat Boeing 707. B-707, karena lebih tua dan kurang efisien, membawa lebih banyak bahan bakar dibanding B-757 dan B-767 yang menghantam menara itu.
Dalam satu konferensi international tentang terorisme di Frankfurt, Jerman, Rabu (05/09/01), para insinyur sipil yang mendesain menara WTC menjelaskan bagaimana menara itu dirancang tetap tegak walau dihantam sebuah jet komersial. Petikan pembicaraan di Jerman ini di-posting ke beberapa situs internet sejak lima hari sebelum pesawat menghantam menara WTC dan Pentagon.
Hal lain yang mencurigakan, ada jeda waktu cukup lama antara hantaman pesawat dengan runtuhnya gedung. Menara 2 ambruk 53 menit setelah dihantam pesawat. Sementara Menara 1 ambruk setelah 88 menit ditumbuk pesawat. Seorang insinyur sipil, yang pernah menginvestigasi sebuah hotel di Los Angeles yang terbakar, menyebut bahwa karena ada gas alam dan bahan bakar lain sebagai katalis pembakaran, gedung yang terbakar selama satu pekan bisa mencapai suhu puncak 2.200 derajat celcius.
Itu terjadi di gedung berlantai 30 di LA. Tetapi, meski panas mencapai lebih 2.000-an derajat celcius, gedung tidak sampai ambruk. Beton tetap tak bergerak. Dan, untuk meruntuhkannya perlu biaya lebih dari 1juta dolar. Insinyur itu kemudian me-review asitektur WTC. Hasilnya, dia
mengatakan tipe baja dan konstruksi WTC dua kali lebih kuat dari kekuatan hotel 30 tingkat di LA itu.
Maka, jelas perlu kekuatan tambahan untuk meruntuhkan WTC. Sejumlah orang dilaporkan mendengar banyak ledakan sebelum WTC kolaps. Lawrence mengaku punya video orang-orang yang diwawancara setelah gedung runtuh.
Mereka mengaku mendengar serangkaian ledakan (dipastikan bukan bunyi ledakan gas atau kaca) dan beberapa saat kemudian gedung kolaps. Beberapa media menduga ledakan itu berawal dari saluran pipa gas. Tetapi, asumsi ini tidak logis karena tak ada gedung pencakar langit dibuat dengan standar bisa runtuh akibat satu atau beberapa ledakan pipa gas. dedi junaedi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar